Thursday, May 3, 2018

Salah satu siswa/santri yang mengikuti kelas speaking/ Presentasi

Monday, December 18, 2017

Tangkal Hoax, Kominfo Latih 2000 Santri di Buntet Pesantren




Talk Show bersama RTIK Indonesia, Jaringan Radio Komunitas, PP IPPNU, dan PB PMII

Berita bohong yang cukup banyak berseliweran di dunia maya, membuat cukup banyak perpecahan dan ekses negatif di masyarakat. Belum lagi, sejumlah konten yang mengajarkan pemahaman radikal, dinilai sudah sangat membahayakan.

Untuk ikut memerangi hal tersebut, Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar kegiatan Festival Literasi Digital Pesantren di Pondok Buntet Pesantren, Rabu (13/12/2017). Dalam kegiatan itu, sekitar dua ribu santri yang hadir, dilatih untuk memanfaatkan media digital dengan positif dan sehat.

Staff Ahli Menteri Bidang Komunikasi, Gun Gun Siswadi mengatakan, Sejak tahun 2008, terdapat 144 orang yang telah diproses hukum karena melanggar Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), terutama perihal berita palsu dan ujaran kebencian di media sosial. Lebih lanjut, hingga tahun 2016, Kementerian Komunikasi dan Informatika telah memblokir sekitar 773.000 situs internet yang didominasi konten pornografi.

"Sehingga untuk menangkal hal ini,perlu juga keterlibatan para santri," ujar Gun gun.

Dalam festival literasi digital tersebut, para santri diajarkan untuk bisa membuat vlog, meme, live streaming dan sejumlah konten positif lainnya, yang bisa dipublikasikan di dunia maya. Ada lima kelas yang dibuka dan dimanfaatkan oleh para santri, untuk bisa menimba ilmu tentang literasi digital.

"Karena dakwah itu, bisa saja melalui media digital. Santri harus berperan untuk bisa menyampaikan dakwah yang damai dan sejuk di dunia maya," ujar Mubarok Hasanudin,salah satu pelaksana kegiatan.
Pelantikan Relawan Tik Santri

Dalam kegiatan tersebut juga, dikukuhkan Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Santri. Relawan ini diharapkan nantinya bisa menularkan, pemanfaatan media digital kepada santri lainnya.

Ketua Relawan TIK Pusat, Fajar Eriyanto mengatakan, Relawan TIK Santri yang dikukuhkan di Pondok Buntet Pesantren ini, akan dijadikan contoh untuk pesantren-pesantren lainnya di Indonesia.

"Relawan TIK Santri ini, nantinya akan mengajarkan literasi digital kepada santri-santri di Indonesia," kata Fajar.

Sebagai bentuk simbolisasi melawan hoax, dilakukan simbolisasi pemecahan balon, yang bertuliskan tentang konten negatif yang sering muncul di dunia maya

sumber:www.buntetpesantren.org

Iklan 

Monday, December 11, 2017

.: .: MENGENAL DARUL LUGHOH pesantren berbasis bahasa...

.: .: MENGENAL DARUL LUGHOH pesantren berbasis bahasa...: .: MENGENAL DARUL LUGHOH pesantren berbasis bahasa In... : Darul Lughoh  adalah pondokan yang berdiri dibawah naungan Yayasan Lembaga Pend...

.: .: VISI & MISI DARUL LUGHOH

.: .: VISI & MISI DARUL LUGHOH: .: VISI & MISI DARUL LUGHOH : VISI : Lancar berbahasa Inggris, Terbuka terhadap pembaharuan, Santun dalam bersikap, Istiqomah dalam be...

.: .: VISI & MISI DARUL LUGHOH

.: .: VISI & MISI DARUL LUGHOH: .: VISI & MISI DARUL LUGHOH : VISI : Lancar berbahasa Inggris, Terbuka terhadap pembaharuan, Santun dalam bersikap, Istiqomah dalam be...

Lafal 'al-Shalat' dalam Al-Quran​, Tanggapan terhadap Pengkritik Ustazah di Televisi

Sumber : Elfagr.com

oleh: Ahmad Irsyad Al-Faruq*

Selasa (5/12) lalu, masyarakat digemparkan dengan penayangan sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta yang diisi oleh seorang ustazah. Masalahnya, tulisan ayat al-Quran yang tertera di televisi, tidak sesuai dengan khath (tulisan) Utsmani. Beberapa netizen mengkritik apa yang ditampilkan di acara tersebut. 

Namun, yang mengkritik pun secara tidak terasa melakukan kesalahan dalam kritiknya. Ada yang mencoba membuat perbaikan terhadap penulisan lafal al-shalatdalam surat al-'Ankabut ayat 45 yang ditampilkan melalui layar khusus dengan menambahkan alif setelah lam kedua, الصلاة. Penulisan tersebut benar dalam penulisan Arab biasa, tetapi tidak untuk penulisan lafal pada ayat al-Quran.

Penulisan ayat al-Quran harus sesuai dengan rasm utsmani. Ayat yang ditampilkan di televisi terdapat dalam surat al-'Ankabut ayat 45, berbunyi:
(اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلٰوةَ ۖ إِنَّ الصَّلٰوةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ)
(Q.S. Al-Ankabut:45)
Lafal yang benar jika mengacu pada rasm usmani adalah الصَّلٰوةَ, menggunakan wawu (setelah lam kedua), bukan alif. Itulah yang dalam kajian 'ulum al-tafsir dimaksud dengan rasm usmani.
Rasm utsmani berbeda dengan rasm imla' 'arabi yang kita kenal sekarang ini.
Penulisan alif dan bukan wawu dalam al-Quran ada delapan kalimat. al-Zarkasyi menulis dalam kitab al-Burhan fi 'Ulum al-Quran, delapan kalimat tersebut dibagi menjadi dua. Empat pertama merupakan empat kalimat pokok (أربعة أصول), yakniالصلوة, الزكوة, الحيوة, dan الربوا, sedangkan empat lainnya tersebar pada empat kalimat, yakin بالغدوة (Q.S. al-An'am:52 dan al-Kahfi:28), كمشكوة (Q.S. al-Nur:35, النجوة (Q.S. Ghafir:41), dan ومنوة (Q.S. al-Najm).

Semua lafal tersebut merupakan contoh dari rasm usmani. Tidak berhenti pada penyebutan saja, Al-Zarkasyi juga menguraikan hikmah di balik penulisan tersebut. Penulisan itu erat kaitannya dengan agung dan pokoknya lafal-lafal tersebut.

Shalat dan zakat merupakan dua tiang Islam, hayah (kehidupan) adalah pokok dari nyawa/jiwa, meninggalkan riba adalah pokok dari keamanan dan kunci dari taqwa. Annajah (kebahagiaan) adalah kunci/pokok dari taat, alghodah (pagi) adalah pokok dari waktu, al-misykah (layaknya lubang yang tidak tembus) adalah pokok dari hidayah, dan al-manah (berhala manah) adalah pokok dari syirik. (lihat al-Zarkasyi, al-Burhan fi 'Ulum al-Quran, dar al-kutub al-'alamiyyah hlm.221-222).
Selain lafal-lafal tersebut, ada beberapa contoh lain yang menjadi ciri khas dari mushaf usmani. Contohnya adalah penulisan alif fariqah yang terdapat setelah wawu dlomir jama'. Dalam kajian nahwu, kalimat fiil (baik madli atau mudlori') ketika bertemu dengan wawu dlomir jama' (fa'il berupa dlomir muttashil waqi' jama' muzakkar ghoib), maka setelah wawu dlomir harus diimbuhi alif, yang biasa disebut alif fariqoh (alif pembeda). Hal itu bertujuan untuk membedakan antara wawu dlomir jama' dengan wawu 'athof dalam beberapa kasus dan membedakannya dengan wawu jama' muzakkar salim, wawu asma' al-sittah al-marfu'ah, dan dari wawu 'illah pada fiil mudlori' yang mu'tal akhir dalam kasus yang lain. Contohnya adalah lafadz ضَرَبُواdan لَمْ يَضْرِبُوْا. (lihat Tahir Yusuf al-Khatib, al-Mu'jam  al-Mufasshol fi i'rab, alharomayn, hlm. 9).

Namun, teori itu belum tentu berlaku dalam al-Quran. Banyak sekali lafal-lafal yang serupa dalam al-Quran, justru tidak ditulis alif nya, seperti dalam surat Saba':5, al-A'raf:116, al-Furqan:4, al-Furqan:21, Yusuf:16, Yusuf:18, al-Baqarah:226, al-Hasyr:9, dan al-Nisa:9. 

Penulis menayangkan salah satu di antaranya, yakni yang terdapat pada surat al-Furqan ayat empat berikut.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ ۖ فَقَدْ جَاءُو ظُلْمًا وَزُورًا
[Q.S. Al-Furqan: 4]
Hal tersebut bukan berarti al-Quran menyalahi aturan nahwu. Justru rasm (bentuk tulisan) al-Quran adalah rujukan teori nahwu.
Selain itu, yang menarik adalah, menurut al-Zarkasyi, pembuangan alif fariqoh tersebut merupakan rahasia dari al-Quran itu sendiri. Ada makna dibalik pembuangan alif tersebut.
Ia menjelaskan, bahwa lafal-lafal fiil yang tidak terdapat alif fariqah biasanya menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang buruk atau bohong (اضمحلال الفعل). Hal itulah yang menyebabkan tidak perlunya alif fariqoh itu dicantumkan/ditetapkan (لم يثبت الألف). Secara tidak langsung, fiil-fiil tersebut adalah perbuatan yang harus dihindari. (Lihat al-Zarkasyi, al-Burhan fi 'ulum al-Quran, dar al-kutub al-'alamiyyah hlm. 209)
Contohnya adalah kalimat جَاءُو ظُلْمًا وَزُوْرًا pada penggalan surat al-Furqan ayat 4 di atas. Ayat tersebut sedang menjelaskan perbuatan orang-orang kafir yang menganggap bahwa al-Quran adalah karya Nabi sehingga apa yang dilakukan orang-orang kafir adalah dzolim dan kebohongan. Secara tidak langsung, al-Quran memerintahkan kita untuk menghidari perbuatan dzolim dan berbohong.
Contoh lain adalah surat Yusuf ayat 16 dan 18:
وَجَاءُو أَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُونَ
(Q.S. Yusuf: 16)
وَجَاءُو عَلَىٰ قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ ۚ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا ۖ فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ
(Q.S. Yusuf:18)
Kedua ayat tersebut masih ada kaitannya dengan kisah Nabi Yusuf. Ayat itu menjelaskan bahwa kedatangan saudara-saudara Yusuf menghadap ayahnya (Nabi Ya'qub) adalah keburukan dan kebohongan. Karena tangisan dan baju berlumur darah yang dibawa oleh mereka adalah tangisan dan darah di baju tersebut adalah bohong. Selain itu, masih ada contoh-contoh yang lain.
Beberapa hal di atas merupakan perhatian buat kita bahwa penulisan al-Quran tidak bisa main-main dan sembarangan. Ada ilmu al-Quran dan tafsir yang mengatur semuanya. Khath mushaf usmani bukan tidak sesuai dengan teori nahwu, akan tetapi justru ada hikmah dan makna tersirat di baliknya. 
Oleh karena itu, Imam Ahmad ibn Hanbal menghukumi haram terhadap penulisan ayat al-Quran yang berbeda dengan khath (tulisan) al-Quran/mushaf ustmani. Bahkan, dalam penulisan ya', wawu, alif, dan lainnya.
Oleh karena itu, kejadian viral ustazah di televisi dua hari silam, semoga tidak terulang kembali. Penulis juga berharap agar stasiun televisi dapat selektif memilih tokoh yang betul-betul mengerti seluk beluk al-Quran. Kita, sebagai umat Islam juga harus memahami terlebih dahulu sebelum mengkritik sehingga tidak berlandaskan kebencian, tetapi berdasarkan pengetahuan guna membangun pribadi lebih baik lagi.

*Penulis merupakan warga Buntet Pesantren dan lulusan studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir
Sumber: www.buntetpesantren,org

Salah satu siswa/santri yang mengikuti kelas speaking/ Presentasi