Thursday, November 30, 2017


Buntet Pesantren -Pernyataan Gubernur DKI Jakarta terkait surat Al-Maidah Ayat 51, cukup membuat banyak perdebatan sengit di masyarakat. Bahkan tidak sedikit perdebatan tersebut berujung gesekan-gesekan yang berpotensi menimbulkan konflik dan terpecah belahnya rakyat Indonesia.

Menanggapi polemic tersebut, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren, KH Adib Rofiuddin, mengajak seluruh elemen masyarakat, terutama alumni Buntet Pesantren yang ada di Jakarta dan sekitarnya, untuk bisa berfikir jernih dalam menanggapi polemic tersebut.

Kiai Adib menyampaikan, yang terpenting saat ini, adalah bagaiman kita menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Karena permasalahan ini, bisa saja menimbulkan perpecahan umat. Oleh karena itu, Kiai Adib meminta kepada para Kiai, Ulama, Ustadz, Habaib dan lainnya, untuk bersama menjaga keutuhan NKRI, jangan menggunakan emosi.

“Kita itu umatnya Nabi Muhammad. Diajarkan untuk menggunakan akhlak yang baik dalam menyelesaikan permasalahan ini,” kata Kiai Adib.

Kiai Adib menjelaskan, makna dari lafadz aulia yang teradapat dalam ayat tersebut, diberbagai Negara diartikan sebagai kolega atau sahabat. Hanya di Indonesia saja yang mengartikan lafadz aulia dengan arti pemimpin. Selain itu, memaknai sebuah ayat juga, harus dilihat dari Asbabun Nuzul ayat tersebut.

“ Jangan hanya melihat ayatnya saja, tapi juga asbabun nuzulnya juga,” kata Kiai Adib.

Asbabun Nuzul surat Al-Maidah ayat 51, kata Kiai Adib, diawali saat Rasulullah dengan orang-orang Yahudi melakukan perjanjian untuk membayar Jizyah. Namun dalam perjanjian tersebut, ternyata orang Yahudi melakukan pengkhianatan, sehingga turunlah ayat tersebut.

“Sehingga, ayat ini sebenarnya diterpakan untuk orang yang berkhianat,” kata Kiai Adib.

Walaupun begitu, Kiai Adib mempersilahkan kepada seluruh alumni untuk bebas memilih calon gubernur dari manapun. Tapi beliau meminta, kepada para alumni, untuk tidak sampai ikut terlibat dalam polemic yang saat ini berkembang. Beliau menginginkan, alumni Buntet Pesantren menjadi salah satu perekat persatuan bangsa, bukan menjadi penyebab retaknya ummat.


“ Mau milih Ahok silakan, tidak memilih Ahok silakan. Kalau setuju dengan ahok, jangan teriak-teriak yang bisa membuat konflik, begitu juga yang tidak setuju pada ahok. Yang terpenting adalah, persatuan rakyat Indonesia tetap terjaga,” kata Kiai Adib
KH. Nahdudin Royandi Abbas, meski duduk di kursi, gestur tubuhnya begitu menunjukkan ketawaduan beliau
Bapak Drs. Lukman Hakim Saifudin, seorang menteri namun rela duduk di bawah demi ta'dzim dan takrim pada Kiai Nahdudin
Dokumentasi Ahmad Rofahan
Karena merasa dirinya tidak bisa dipisahkan dari pesantren, Menteri Agama Republik Indonesia K.H. Lukman Hakim Saifuddin rela meninggalkan muktamar partainya demi menghadiri Haul Buntet, Sabtu (9/4/16). "Kehadiran saya di sini menunjukkan bahwa saya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pesantren" ujar Putra KH. Saifudin Zuhri, seorang ulama yang pernah menjadi pengurus PBNU dan Menteri Agama
Dalam sambutannya, Menteri Agama menyampaikan bahwa haul bukanlah upaya untuk mengkultuskan tapi sebagai sarana untuk meneladani para kiai. Selain itu juga untuk mendoakan mereka.

"Bukan untuk Mengkultuskan, tapi untuk meneladani," ujarnya

STIT DAN PRESIDEN JOKOWI

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menjadi peletak batu pertama Gelanggang Olahraga (GOR), Auditorium Mbah Muqoyyim, dan Sekolah Tinggi Islam Tarbiyah (STIT) Buntet Pesantren yang terletak di belakang gedung Akademi Keperawatan (AKPER) Buntet Pesantren Cirebon. Kegiatan tersebut merupakan bagian rangkaian Haul Almarhumin Sesepuh dan Warga Buntet Pesantren Cirebon diselenggarakan, Kamis (13/4).

Pada kesempatan itu, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Buntet Pesantren Cirebon (YLPI BPC) KH Adib Rofi'uddin menyampaikan rasa bangga dan terimakasih kepada presiden. Menurutnya, Pondok Buntet Pesantren masih akan terus mengembangkan pendidikan. Sehingga keterlibatan pemerintah sangat dibutuhkan terkait fasilitas pendidikan. Melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN), YLPI mendapat bantuan untuk mendirikan sekolah baru.

"Kalau melihat perkembangan-perkembangan yang ada. Kami sebagai rakyat, sebagai warga Pondok Buntet Pesantren merasa bangga punya presiden seperti Pak Jokowi. Selain keterlibatannya dalam hal memfasilitasi pendidikan di Buntet, presiden mampu menyelesaikan beberapa permasalaha negara. Diantaranya Freeport dan persoalan terorisme," kata Kiai Adib.

Melihat rekam jejak presiden, salah satu mustasyar PBNU itu merasa bahwa masa kepemimpinan Jokowi tidak cukup hanya satu periode. Dia mendoakan agar Allah mengabulkan doa untuk kebaikan presiden ke depannya. Yakni terpilih kembali menjadi presiden agar mampu menyelesaikan beragam persoalan bangsa dan negara yang hingga kini belum rampung.

Sebelum prosesi peletakan batu pertama dilaksanakan, Presiden Jokowi melakukan dialog dengan para santri dan masyarakat Buntet Pesantren. Dalam kesempatan itu juga, Gubernur DKI Jakarta 2012-2014 itu membagikan beberapa 13 sepeda, ratusan buku tulis, baju batik, kaos, dan mukenah kepada masyarakat dan santri.

Dalam acara itu, Presiden Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo beserta beberapa jajaran menteri Kabinet Kerja, yakni Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

(Aru Elgete)

Salah satu siswa/santri yang mengikuti kelas speaking/ Presentasi